Minggu kedua bulan Oktober ini saya berkunjung ke
sebuah peternakan di daerah Jawa Barat. Nama peternakannya “Peternakan Tawakal”.
Nama pemiliknya Pak Buyamin. Beliau sudah berkecimpung di dunia domba sekitar
16 tahunan. Beliau awalnya hanya hoby saja beternak domba, toh dulu domba masih
murah.
Beliau bercerita,” Dulu saya hanya punya 3 ekor
domba saja. Itu pun beternak di halaman belakang karena Cuma hoby ya ga perlu
ngitung-ngitung duit segala. Ketika waktu kurban, ada beberapa tetangga
yang
mengelilingi rumah saya karena domba saya disembelih untuk kurban. Maklum namanya
juga orang desa, kalo ada apa-apa mesti berbondong-bondong. Waktu ramai-ramai
begitu ada pejabat daerah yang datang ke rumah saya, bertanya ada apa. Ya saya
jawab saja lagi ada sembelih domba. Terus sang pejabat itu kembali bertanya
apakah ada lagi domba yang bisa untuk disembelih, untuk kurban? Saya jawab ada,
tinggal 1 ekor lagi. Segera beliau membelinya. Kemudian berita itu sampai di kantor
saya, karena saya juga pejabat daerah sana, ya punya peran penting lah. Karena kabar
tersebut, bertanyalah bawahan saya, apa bapak ga mau jualan domba aja pak. Dulu
saya sempat bergumul, masa pejabat daerah jualan domba, gengsi kan? Tapi setelah
beberapa tahun saya berfikir, toh ga ada salahnya jualan domba, toh juga halal.
Akhirnya saya mulai perlahan usaha peternakan domba ini. Alhamdullilah sekarang
sudah punya 2000-3000 ekor domba. Kemarin aja udah ada yang mesen 3000 ekor
buat kurban. Selain itu saya sekarang sudah bisa keliling Indonesia berkat
domba. Kemarin saja saya baru pulang dari NTB, untuk berbicara tentang
peternakan di sana. Sekarang saya sudah tidak segan lagi menjawab pekerjaannya
apa? Tukang ngangon domba”
Sepertinya memang biasa saja ceriba Pak Buyamin,
tapi tekad dari beliau dan cara pandang beliau begitu terbuka dan itulah yang
membuat beliau bisa sukses sampai sekarang. Bayangkan saja 3000 ekor dijual
dengan harga 1,75juta per ekornya, berapa total pemasukan beliau??? Silahkan dihitung
sendiri. Saya saja cukup tertegun melihat beliau, karena beliau memiliki
penampilan yang sederhana, dan rendah hati, dengan senang berkata “Ya, saya Cuma
tukang ngangon domba”. Kalimat beliau yang saya ingat adalah “Lebih baik jadi
kepala tikus daripada menjadi ekor sang Harimau”. Harimau memang jauh lebih
kuat dibanding tikus, tapi kalau Cuma jadi ekor? Who want? Tikus memang kecil,
tapi peran kepala jauh lebih penting daripada ekor, yang (maaf) terkadang akan
kena kotoran. Begitu juga pada kita, lebih baik menjadi pemimpin di tempat
(usaha) yang kecil, daripada berada di perusahaan besar tapi hanya menjadi bawahan
yang terkadang akan kena cipratan kesialan dari atasan yang kurang baik
sikapnya (ada juga atasan yang baik).